Monday, July 19, 2004
ide kecil 2
topik : Media Umum

Menggugat Media atau Penulis ?

Apa yang kita baca, dengar dan lihat dari berbagai media cetak dan elektronik yang ada sekarang ini merupakan jalan masuk untuk terbentuknya persepsi dan kerangka sikap dan perilaku kita. Tayangan acara, rangkaian berita, dan lain-lain output yang dihasilkan media berasal dari pemikiran dan ide-ide dari beberapa orang saja, namun dikonsumsi oleh ratusan juta orang. Industri media dan informasi tidak bisa berjalan bila tak ada pihak-pihak yang melahirkan berbagai ide kreatif untuk bergulirnya sebuah tayangan, atau menuliskan rangkaian peristiwa kedalam naskah, berita atau skenario.
Saat proses penulisan dan ide kreatif, gagasan bisa ditemukan lewat banyak cara. Ada yang menunggu datangnya ilham, berkelana mencoba menemukan suatu kejadian unik atau menangkap suatu fenomena, atau membuka-buka literatur koleksi untuk mencoba memperoleh ide baru. Banyak cara yang dilakukan. Beberapa orang langsung menggerakkan jari-jarinya dan menarikan sebuah komposisi diatas tiap tutsnya. Menuliskan rangkaian huruf yang berkait menjadi kata dan terangkai menjadi huruf. Dalam waktu beberapa jam sebuah ide kreatif atau bagian dari sejarah tercatat dalam memori elektronik, yang bisa kemudian abadikan dengan mengirimkannya ke redaksi suatu media, menyebarkannya lewat internet, atau mencetaknya untuk koleksi pribadi.
Dengan menulis berarti mengikat ilmu, seorang penulis berkata. Penulis lain mengatakan bahwa seseorang baru benar-benar mengabadikan dirinya dengan menulis. Seorang bisa menjadi seorang orator yang ulung, aktor yang hebat, atau pemimpin yang sukses, namun ia belum benar-benar mengabdikan dirinya bila belum menulis. Semua orang bisa menulis, namun hanya sedikit yang menulis dengan baik. beberapa orang berusaha untuk menulis dan menjadikannya lahan pencaharian. Yang lain menulis untuk menyuarakan pendapatnya, agar persepsinya bisa sampai ke publik yang lebih luas dengan penyampaian verbal tertulis.
Yang paling berharga adalah mereka yang menulis untuk membentuk generasi. Ia menyadari bahwa apa yang dilakukannya bukan semata-mata bentuk seni, bukan sarana aktualisasi diri, namun memiliki pertanggungjawaban publik. Fakta bahwa karya tulis yang dibuat akan menjadi konsumsi publik menjadi beban tersendiri bagi sang penulis. Penyebabnya karena bila ia menuliskan sebuah kekeliruan, perilaku yang tergambar dalam tulisan itu dapat diterapkan orang lain atau dijadikan landasan berpikir dan bertindak oleh mereka. Hingga bila seorang penulis membuat sebuah tulisan tanpa pemikiran matang dan bertendensi menyebarkan model perilaku negatif, hal tersebut merupakan kesalahan yang harus ia tanggung.
Lalu bagaimana caranya agar tulisan yang anda buat tidak membebani pikiran ? seperti yang semua orang bilang, semua perbuatan tergantung pada niat. Karena itu niatkan diri anda untuk menuliskan kebaikan, dan hanya kebaikan saja. Aib, kesalahan, dosa dan lain-lain kekhilafan manusia, disengaja maupun tidak, janganlah diabadikan dalan bentuk tulisan yang dapat dikomsumsi publik. Walaupun itu dalam bentuk kritik. Cukuplah bila keberatan kita atas suatu perilaku massa maupun individu yang ingin kita kritik, dilayangkan langsung pada individu yang bersangkutan, atau gambarkan keprihatinan kita akan perilaku tersebut saja.
Jangan sampai suatu perilaku yang seharusnya dihindari, sebuah tayangan yang seharusnya tidak ditonton atau kejadian yang seharusnya tidak terulang, dibuat kritiknya dengan cukup mengena saja, jangan sampai menuding, atau mendeskripsikan sebuah perilaku menyimpang dengan sangat vulgar, karena yang bisa timbul justru ketertarikan dan rasa ingin tahu dari orang-orang yang sebelumnya tidak mengetahui mengenai perilaku tersebut. Mengapa harus demikian? Karena manusia memiliki kecenderungan untuk meniru, dan stimulasi yang dimunculkan oleh deskripsi perilaku menyimpang yang tergambar dalam sebuah tulisan bisa menimbulkan keingintahuan mereka, membuat mereka penasaran, ingin mencoba-coba, dan lain sebagainya. Akibatnya, kerusakan makin tersebar, penyimpangan makin menggejala, hingga norma begitu kaburnya dan kebaikan terkesan menjadi noda.
Ketika publik tidak bisa lagi menemukan tuntunan dari tayangan yang mereka biasa tonton, harus pulakah makin disesatkan dengan tulisan yang tidak lagi menebarkan kebaikan?
Sejumlah pihak yang begitu mengagungkan seni menyembahnya begitu rupa hingga membangkang dari nilai moral dan hati nurani mereka sendiri. Sesembahan baru berupa seni yang diseret oleh lokomotif kebebasan berekspresi seolah tidak lagi bisa diusik oleh siapapun. Bahkan aroma ketuhanan yang menyatakan keberatan terhadap suatu perilaku tak mau mereka terima dengan alasan sebagai ekspresi seni. Sejumlah protes dan keberatan tersebut, datang dari mulut siapapun, langsung ditolak, dianggap tidak ada, bahkan ditepis dengan hinaan.
Kalangan yang berusaha menjaga mata dan telinga dirinya dan anak-anaknya dari keburukan yang diabadikan oleh kamera, ditayangkan oleh media dan dicetak oleh berbagai penerbitan itu tidak dianggap. Seolah-olah bukanlah bagian dari masyarakat Indonesia ini. Seolah komunitas media informasi dan hiburan, apakah itu radio, televisi dan media cetak adalah komunitas suci, bebas dosa dan bebas berbuat apapun. Tidak ada yang bisa mengendalikan dan memberikan batasan untuk media. Tidak ada pihak yang berusaha menjaga kualitas pemikiran dan perilaku generasi kini dan yang akan datang agar terjaga dari masuknya contoh perbuatan menyimpang.
Media massa dan informasi tersebut melenggang melakukan apasaja yang mereka ingin lakukan, bebas mengatakan apa saja yang mereka mau, bebas mengabadikan apa saja yang mereka lakukan. Semua demi perolehan profit. Semua dengan alasan kebebasan berekspresi. Begitu memprihatinkan bagaimana masa depan sebuah generasi tergadai demi rupiah. Begitu menyebalkan bagaimana moralitas hanya menjadi angin lalu tanpa pernah direnungi dan dihayati dalam wujud perilaku keseharian. Semua bisa bermula dari rangkaian ide yang tertulis, baik dalam bentuk liputan media, skenario, naskah berita, jadwal acara dan rangkaian pengisi acara, format sebuah tayangan, dan lain-lain bermula dari transfer ide lewat tulisan.
Dan ketakjuban kita tak berhenti sampai disitu. Lewat media cetak dan elektronik pun pembodohan dapat dilakukan dengan mudah. Kebohongan yang disampaikan berkali-kali pun lama kelamaan dianggap benar. Keberpihakan empunya media pun menyebabkan ketimpangan informasi yang tersebar. Dan kebaikan yang dibekap dan tidak diberi kesempatan untuk berbicara di media massa karena alasa yang tidak jelas pun kemudian hanya jadi catatan yang dibuang wartawan atau gulungan film yang tidak pernah dicetak atau ditayangkan.
Beberapa kali terdengar sejumlah pihak memberi ancaman atau mengirimkan suap pada stasiun berita dan media agar mereka tidak menayangkan suatu aksi protes dan demonstrasi yang digelar di jalan. Padahal suara yang diserukan berasal dari hati nurani rakyat. Atau yang menggelikan, suatu aksi yang hanya diikuti oleh segelintir orang bayaran bisa diekspos besar-besaran karena pengaruh pihak-pihak tertentu. Bilangan ratusan juta sudah menjadi jumlah yang lazim.
Mereka tidak menyadari besarnya cost yang harus ditanggung oleh negara kita bila masyarakat dan generasi pendatangnya rusak karena gempuran tayangan yang merusak moral dan budaya serta tersebar bebasnya media yang mengabadikan perilaku negatif dan menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut kemudian ditiru, dicoba-coba dan akhirnya meruntuhkan batasan norma dalam masyarakat kita. Kerusakan perilaku dan kejahatan makin menyebar. Semua karena orientasi keuntungan sesaat dan tanpa pertimbangan tanggung jawab moral dan besarnya beban yang harus ditanggung kemudian.
Gugatan terhadap media dan para penulis kreatif dibuat demi menjaga agar kejeniusan yang tersimpan dalam kreasi berada dalam batas norma kesantunan dan kelayakan konsumsi publik. Agar semua hasil ide kreatif tersebut tetap sopan, baik, dan memberi teladan bagi masyarakat dan generasi penerus, hingga kebaikan mewujud nyata. Hingga tidak ada lagi penyimpangan yang makin abadi. Tidak ada lagi kerusakan yang dilegitimasi. Jangan ada lagi keburukan yang dijadikan contoh atau bahkan pembenaran untuk melakukan kejahatan yang sama atau lebih buruk. Karena keburukan tidak akan mati bila dihujat, namun akan makin menghilang bila banyak yang melaksanakan perbuatan baik. Setiap orang yang terlibat di dalam industri informasi dan hiburan kemudian menjadi agen perubahan menuju kebaikan.
Biasanya setelah proposisi diatas diajukan ada pihak yang mengajukan keberatan. Bagaimana dengan kecenderungan manusia pada hiburan yang memperturutkan nafsu menyimpang? tayangan tersebut mendatangkan uang, demikian keberatan mereka. Apakah semua selesai dengan uang? Banyak hal yang jadi rusak bila materi menjadi pertimbangan dalam segala hal. Apakah generasi kita bisa mewarisi masa depan negara ini bila sekarang asupan informasinya terhalangi oleh hawa nafsu dan pemikiran sehatnya tergadai oleh tayangan informasi dan hiburan yang merusak mereka?
Kita harus memegang teguh prinsip bahwa kebaikan jangan sampai dicampur adukkan dengan kerusakan, karena akan menjadikan semuanya rusak. Prinsip ini terutama harus dipelajari oleh para pemilik andil dalam media informasi dan hiburan. Mulanya hanya segelintir orang yang gemar menyantap tontonan tertentu yang serba seronok. Dulu masyarakat kita sangat santun dan menolak eksploitasi tubuh atau perilaku mistik sebagai komoditi.
Penyimpangan itu mulanya hanya dilakukakan oleh segelintir orang. Namun kini dengan alasan komersial, hati nurani digadaikan. Akal sehat tidak lagi digunakan. Pertimbangan yang bijak tidak pernah diambil. Keuntungan dan keuntungan dan keuntungan. Hanya itu yang tergambar dalam benak mereka. Manusia memang hidup dengan manusia lain. Namun bukan dari manusia lain. Mengherankan bagaimana sebagian dari mereka yang dahulu menjunjung idealita menjadi pengkonsumsi terbesar dan pemberi andil terbesar dalam menentang nilai ideal yang dahulunya mereka perjuangkan. Mengherankan bagaimana suara hati tertutupi oleh kilau materi. Menyakitkan bagaimana masa depan generasi kita terancam oleh tangan-tangan sebagian dari kita yang tidak mempergunakan nilai kebajikan dan kebijakan moral dalam berkreasi. Kreasi tidak bebas. Tidak ada kebebasan absolut. Keindahan suatu kebebasan hanya ada bila ia tegak dalam penghargaan terhadap batasan norma etis. Semoga kita bisa menjadi bagian dari masyarakat yang menebarkan kebaikan, dan memegang peran dalam mencegah menebarnya keburukan. Upaya kecil yang bisa kita mulai dari diri sendiri, dan dari sekarang.

Kampanye Media Sehat
1. Mengadakan penyadaran di tingkat masyarakat dengan menggerakkan komponen dalam masyarakat untuk secara aktif memantau media
2. Memformulasi strategi re-edukasi untuk para insan pers agar lebih berhati-hati dalam memproduksi berbagai berita
3. Menggiatkan para pekerja di industri televisi agar memproduksi tayangan yang sehat dan aman dikonsumsi.
4. Memberikan dorongan kepada lembaga legislatif agar dapat memproduk perundang-undangan yang secara jelas memberikan tindakan yang berat bagi pelanggar norma susila dan etika sosial. Batasan definisi untuk mengerangkakan perilaku ini dapat didasarkan pada norma agama, agar perumusan perundang-undangan ini tidak tersendat oleh perumusan definisi. Hal ini dimungkinkan karena dasar negara kita adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
5. Memberikan dorongan pada usaha penerbitan untuk membuat labelling khusus pada tiap produk yang dihasilkan.
6. memberikan dorongan pada MUI agar membuat lembaga untuk memantau media yang halal dikonsumsi dan yang tidak, yang peraturannya didasarkan pada hadis dan ayat-ayat Qur’an, agar masyarakat mengetahui mana media yang halal dikonsumsi dan yang tidak. Lembaga ini diharapkan bisa mendapatkan legalitas dari Departemen Agama untuk menekan tiap media cetak dan usaha penerbitan untuk memasang label konsumsi usia pada setiap terbitannya. Label media halal ini juga perlu mendapatkan pantauan terus menerus agar media yang bersangkutan tetap berada dalam koridornya.
7. Lembaga swadaya masyarakat yang memiliki kepedulian pada isi media agar dapat membuat panduan tertulis sebagai bimbingan bagi insan yang terlibat dalam industri media. Hal ini sebagai upaya prevensi, juga sebagai upaya efisiensi gerakan agar kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini tidak hanya bersifat reaktif. Panduan ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi mereka yang terlibat di industri media dalam menghasilkan produk m
posted by Gina Al ilmi Santoso @ 2:42 AM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 
<
about me
My Photo
Name:
Location: Bogor, Jawa Barat, Indonesia

simplifying analytics, lesser worries

Udah Lewat
Archives
Links
My Other Blog
Template By
Free Blogger Templates
© negeri hijau biru