Monday, November 01, 2004 |
bersikap dan berbuat baik |
Mengapa harus takut berbuat baik?
-“Don’t worry to be good people”.
That’s the reason that make us human.-
Banyak orang sekarang ini yang takut untuk berbuat baik. Hal ini tidak lain karena imaji sesat yang disebarkan oleh media yang dimotori Yahudi untuk merusak akhlak seluruh umat manusia. Tujuan penyesatan akhlak ini adalah agar manusia lebih cenderung pada perilaku buruk, dan mengkonsumsi produk-produk bejat hasil karya mereka, dan membuat mereka makin berkuasa di hati dan di bumi.
Amat mengherankan betapa sebagian manusia mengembangkan keberpihakan pada setan, dengan memaklumi berbagai perbuatan satanik sebagai sesuatu yang manusiawi, wajar dan (a’udzubillahi) dinilai mendatangkan kebaikan.
Pembicaraan ini bermula dalam satu diskusi dengan seorang panutan yang telah menjadi seperti ibu ke-sekian bagiku. Dikatakannya bahwa banyak orang sebenarnya memiliki niatan untuk berbuat baik, hanya saja, tidak melakukannya karena takut dipandang sok suci atau sok baik.
Sungguh mengherankan. Masyarakat kita tidak memiliki keberpihakan pada atribusi positif dan lebih memilih untuk menebarkan dan menyebarkan atribusi negatif dan mengagungkannya. Bahkan mereka-mereka yang melakukan perbuatan baik, atau berusaha menjadi teladan kemudian dihakimi dan dihukum beramai-ramai dengan berbagai cara yang sungguh keji, dan dipermalukan, seperti yang coba dilakukan sejumlah media pada beberapa tokoh muslim yang menjadi panutan di negeri ini.
Keberpihakan pada kebaikan seharusnya menjadi sesuatu yang memasyarakat, dan bukannya terpinggirkan. Dan menghasilkan masyarakat yang amat jarang memiliki orang-orang baik. Bahkan dikatakan, jahat saja sudah susah apalagi baik. Amat mengherankan. Padahal tidak ada suatu kebaikan bisa dilahirkan dari cara-cara yang tidak baik. Dan itu akan merusak keseluruhan proses. Bahkan, suatu perbuatan itu kemudian menjadi tidak bernilai sama sekali.
Mengapa tidak mencoba untuk menjadi baik? Dan tak perlu orang-orang yang mencoba untuk menjadi baik itu diagungkan, dikultuskan, disanjung-sanjung, karena mereka tidak memerlukannya. Kebahagiaan bagi orang yang baik adalah bila orang lain mengikuti perbuatan yang mereka lakukan, bukan memujinya. Setiap orang memiliki kemampuan dan kesempatan untuk berbuat baik, hanya saja, banyak yang terlalu takut untuk memulai.
Kemudian, kebaikan dinilai dengan sinis. Masyarakat yang sangat suka mencela. Sungguh masyarakat pencela bukanlah suatu masyarakat yang baik. Tidak ada kebaikan yang bisa dihadirkan lewat sebuah atau serangkaian celaan. Tidak ada sedikitpun. Kebaikan dilahirkan dengan dorongan, motivasi, iklim yang kondusif, dan lingkungan yang memberi peluang dan kesempatan bagi berkembangnya kebaikan dan bukan malah menghukumnya.
Dan bila terjadi suatu kesalahan, janganlah terburu-buru menuding dan mencari kambing hitam, tapi marilah bekerjasama untuk memperbaikinya. Agar tidak seperti sekarang, semua orang sepertinya berlomba-lomba untuk menjadi jahat dan bangga atas kejahatan yang dilakukannya itu. Atau berlomba-lomba untuk menjelek-jelekkan orang lain. Kedatangan Ramadhan ini, semoga menjadi penyembuh bagi kita semua, terutama pada diri saya yang dhoif dan dzalim ini. Mohon maaf atas segala kesalahan.
“Dan sesungguhnya setiap manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun ia mengemukakan alasan-alasannya”
(Al Qiyamah: 14-15)
|
posted by Gina Al ilmi Santoso @ 1:22 AM |
|
|
about me |
|
Udah Lewat |
|
Archives |
|
<
Links |
|
My Other Blog |
|
Template By |
|
|