Sungguh tak habis pikir apa yang ada di kepala segelintir ulama yang mengatakan ESQ sesat. Begitu mudahnya mereka memberikan hujjah. Begitu gampangnya mereka memberikan fatwa. Begitu serampangannya mereka memvonis. Dan begitu dangkalnya alasan-alasan yang mereka sampaikan. Mereka tak pernah berpikir apa dampak yang akan terjadi dan kelak mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang mereka ucapkan.
Ketika menyatakan ESQ sesat, tak pernahkah terpikir dibenak mereka jika umat akan menyamakan ESQ dengan Ahmadiyah, komunitasnya Lia Aminudin dan jamaahnya Mushadeq yang mengaku sebagai nabi baru. Ya, itulah persepsi yang pertama kali terbangun saat umat mendengar bahwa ESQ sesat. Sebuah persepsi yang tak bisa dihindarkan akibat dari kecerobohan segelintir ulama yang dengan mudahnya mengatakan ESQ sesat.
Teramat banyak keanehan dibalik fatwa sesat ESQ. Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebagai lembaga yang memiliki otoritas mengeluarkan fatwa, memberikan 10 kriteria aliran sesat, yakni:
Tak ada satupun dari semua kriteria itu yang pas untuk ESQ. ESQ bukan Ahmadiyah; ESQ bukan Lia Aminudin, dan ESQ bukan pula Mushadeq yang jelas-jelas mengajarkan kesesatan.
1) Apakah ESQ mengajarkan kita untuk menyembah selain Allah? Sepanjang saya mengikuti training ESQ dan membaca bukunya, tak ada satu pun materi dan kalimat dari Ary Ginanjar yang mengajak kita untuk menyekutukan Allah. Justru sebaliknya, ia meminta kita untuk percaya kepada Allah. Itulah materi Star Principle. Kita harus bekerja karena Allah dan ingatlah selalu Allah: dimana dan kapanpun.
2) Apakah ESQ memiliki kitab suci seperti Ahmadiyah dengan tazkirahnya? Tak ada. Yang ada justru ESQ meminta kita untuk hidup berlandaskan Al-Qur’an Sunnah. Lihat saja, betapa banyaknya ayat-ayat al-Qur’an dan hadits yang dijadikan rujukan Ary Ginanjar, sebagai pondasi dan ruh ESQ Model yang fenomenal itu. Simak saja materi Learning Principle. Kita diminta untuk meyakini Al-Qur’an karena merupakan pedoman bagi kehidupan manusia.
3) Apakah Ary Ginanjar mengaku sebagai nabi baru seperti Ahmad Mushadeq? Tak pernah. Justru ia meminta kita untuk meneladani Nabi Muhammad saw seperti yang terdapat dalam materi Leadership Principle. Jika anda telah mengikuti training ESQ, pasti akan menangis mendengar pemaparan dan melihat tayangan perjuangan Rasulullah saw saat materi Leadership Principle.
4) Apakah ESQ mengajarkan kita untuk tidak mempercayai Hari Kiamat? Tidak sama sekali. Ary Ginanjar malah mengajak kita untuk meyakini Hari Akhir seperti yang termaktub dalam materi Vision Principle.
5) Apakah ESQ menyuruh kita untuk tak meyakini Qadha dan Qadar? Tak sedikitpun. Dalam materi Well Organized Principle, Ary Ginanjar meminta kita mempercayai ketentuan dan ketetapan Allah dengan bahasa yang mudah dicerna.
6) Apakah ESQ mengajak kita untuk tidak melaksanakan 5 rukun Islam: Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat, Haji? Tidak!!! Justru Ary Ginanjar melalui ilmu ESQ 165 nya mengajak kita untuk beribadah dengan benar. Dan betapa banyak peserta yang tadinya tidak sholat, berkat izin Allah, mereka menjadi rajin sholat. Betapa banyak yang tidak berpuasa, berkat izin Allah melalui ESQ, mereka menjadi berpuasa. Tak cuma shlat dan puasa secara ritual, namun memaknai setiap gerakan dan tujuannya. Kunjungi saja situs www.esqmagazine.com. Disana, kita akan menemukan banyak kisah nyata seputar ini.
7) Apakah Ary Ginanjar membuat tafsir baru Al-Qur’an? Sama sekali tidak. Ia mempunyai guru, almarhum Habib Adnan, seorang hafidz yang tawadhu, mantan ketua MUI Bali. Kalaupun ada penafsiran yang selama ini dikritisi oleh segelintir ulama, itu tak banyak. Dan Ary Ginanjar sendiri sudah mengklarifikasi hal tersebut. Jangan samakan Ary Ginanjar dengan JIL, yang menafsirkan al-Qur’an seenaknya dewe. Antara Ary Ginanjar dan JIL bagaikan langit dan bumi. Seperti minyak dan air.
Jelas sudah, ESQ SAMA SEKALI TIDAK SESAT!!! “Militannya” segelintir ulama yang menyesatkan ESQ, sama sekali tak beralasan. MUI saja tak menyatakan sesat, tapi kok ini, beberapa ulama dengan beraninya mengatakan ESQ sesat. Ketua MUI H Amidhan sendiri berujar,” Tidak ada persoalan dengan ESQ.”
Kalaupun ada salah satu anggotanya, yakni H Amin Djamaluddin yang menyebut ESQ sesat, MUI telah meminta keterangan langsung darinya.
“Kami sudah meminta keterangan dari H Amin Djamaluddin dan akhirnya diketahui bahwa Amin hanya meminta halaman tentang Asmaul Husna dalam buku ESQ, dikoreksi,” kata Amidhan. Karena itu, ia melanjutkan,” Tak ada persoalan dengan ESQ karena hanya sedikit kalimat yang dikoreksi. Yang lain tak ada persoalan.” (antaranews)
Tak cuma MUI, dua ormas keagamaan terbesar di negeri ini: NU dan Muhammadiyah juga mendukung ESQ. “Tak ada yang menyimpang dari ESQ,” kata Ketua Umum PBNU Said Agil Siradj. Ia melanjutkan,” Kita harus bangga bahwa ada seorang anak bangsa seperti Pak Ary yang kreatif menggunakan metode ajarannya sehingga dapat diterima luas di seluruh dunia.” (warta kota)
Apa kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin? “Tuduhan yang dialamatkan kepada ESQ sangat disayangkan,” ujarnya. Fatwa sesat ESQ, kata dia,”Salah persepsi dan salah pengertian.”
Sayangnya, segala bentuk dukungan, segala macam klarifikasi dan segala upay ESQ untuk menjelaskan duduk persoalannya, sama sekali tak membuat segelintir ulama yang menyesatkan ESQ itu, menarik fatwanya. Sebaliknya, mereka kian semangat untuk terus mengkampanyekan kesesatan ESQ. Mereka mengadakan acara di berbagai tempat agar masyarakat terpengaruh oleh mereka.
Jika sudah begini, menjadi mudah bagi kita untuk menilai: mana ulama yang memang berjuang untuk kemaslahatan umat dan mana yang berjuang hanya untuk ego individu dan kelompoknya. Mana ulama yang berbicara dengan pertimbangan matang dan mana ulama yang asal bicara, hanya berdasarkan persepsi dan asumsi. Anda pasti sudah tahu jawabannya! Wallahua’lam bishshowab.
(Akbar Maulana)
|