Tuesday, December 26, 2017
KUTEMUKAN DI ESQ
Kutemukan di ESQ

Oleh : Samsul Rahman

Assalamualaikum wrwb

Semakin maraknya polemik mengenai ESQ belakangan ini membuat saya tergerak untuk menyuarakan apa yang saya alami dan saksikan sendiri mengenai kebenaran yang dibawa oleh Bapak Ary Ginanjar, sebagai guru yang saya hormati serta ESQ sebagai gerakan membumikan Ihsan, Iman dan Islam. Untuk itu, dengan penuh ketulusan dan kasih sayang, saya ingin berbagi, semoga apa yang datang dari hati akan kembali ke hati.

Setelah melalui pendidikan panjang sejak Madrasah hingga S2 di bidang komunikasi dakwah Islam akhirnya ESQ training membuka mata hati saya dan menjawab pencarian metode dakwah yang di perlukan ummat saat ini.

Bukan bermaksud riya, namun sejak kecil saya sudah dididik dan dibesarkan dalam lingkungan yang sangat dekat dan lekat dengan agama. Hal tersebut akhirnya menumbuhkan kecintaan dan kesenangan dalam diri saya terhadap setiap hal yang “berbau” agama. Sekolah Dasar saya lalui di madrasah dan kemudian dilanjutkan pendidikan di pesantren selama 6 tahun. Itulah yang menjadi dasar pemahaman saya akan Islam. Tak hanya berhenti sampai disitu, saya masih melanjutkan pendidikan S1 dan S2 di bidang komunikasi dakwah islam. Pada saat saya lulus kuliah rasanya saya memiliki kepercayaan diri yang kuat untuk terjun ke masyarakat. Ditambah lagi dengan bekal saya dalam mengkaji kitab-kitab klasik dari satu guru ke guru yang lain, salah satu diantaranya adalah Alm. Mualim Syafii Hadzami.

Suatu hari, saya diajak untuk mengikuti training ESQ dan Subhanallah, Alhamdulillah … saya terpana dengan isi serta metodologinya sangat luar biasa sehingga membuat saya bangga menjadi seorang aktivis dakwah. Ternyata apa yang saya cari selama perjalanan pendidikan saya hingga ke S2 saya temukan di dalam training ESQ, sebuah metode dakwah yang mampu menggetarkan dan menumbuhkan kecintaan kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW serta Al Qur’an.

Bertahun-tahun saya belajar mengenai makna bahwa Allah SWT itu dekat bahkan lebih dekat dari urat nadi namun saya baru benar-benar memahaminya di dalam training ESQ. Saat itu saya berdo’a di dalam hati kepada Allah SWT agar diberikan kesempatan untuk memiliki ilmu dan metode dakwah ini. Akhirnya, di tahun 2003 saya memutuskan untuk bergabung dengan ESQ sebagai seorang trainer.

Saat tulisan ini saya buat, sudah 7 tahun saya menjadi seorang Trainer di ESQ, dibawah bimbingan guru kami Bapak Ary Ginanjar. Hari demi hari yang saya lalui hanya membuat saya semakin yakin bahwa inilah cara memperkenalkan islam sebagai jalan hidup terbaik, yang sudah dinantikan oleh umat dan sesuai dengan jamannya. ESQ menjawab semua cita-cita saya semasa kecil dahulu walaupun saat ini saya bukan seorang ustadz ataupun kyai. Namun, bergabung di ESQ telah membuat saya bahagia lahir dan batin karena dalam setiap training saya telah mengajak orang untuk kembali kenal dan cinta kepada Allah SWT serta Rasulullah. Dan saya menjadi saksi bahwa tidak ada kesesatan atau hal-hal lain seperti yang dituduhkan, di dalam training ESQ.

Al fakir – Samsul Rahman

Wassalam
posted by Gina Al ilmi Santoso @ 11:21 PM   0 comments
KETULUSAN SEBUAH MISI
Oleh: Muhlis Samsudin

Assalamu’alaikum Wr Wb

Membaca dan mengamati pemberitaan dan tuduhan terhadap ESQ serta guru kami Bapak Ary Ginanjar, membuat saya tergerak untuk menyampaikan apa yang saya alami sebagai seorang Trainer ESQ. Saya mengenal dan mendampingi Bapak Ary sudah hampir 10 tahun, sejak Agustus 2001. Bagi saya, beliau bukan hanya sekedar seorang guru tapi juga sosok pemimpin serta sahabat. Saya menghormati dan menyayangi Bapak Ary karena Allah serta visi dan misi mulia yang beliau perjuangkan.

Sepanjang interaksi saya dengan beliau, Bapak Ary telah menanamkan dalam jiwa saya, bahwa tujuan hidup ini hanya untuk Allah SWT dan membela perjuangan nabi Muhammad SAW. Training ESQ hanyalah sebuah metode untuk menyampaikan nilai-nilai rukun Islam, rukun Iman dan Ihsan kepada masyarakat Indonesia serta dunia. Namun, agar dapat  menyampaikan ilmu 165 dengan hati, beliau selalu mengingatkan kepada saya agar mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW,  rajin sholat tahajjud serta membaca Al Quran dan Hadits setiap hari. Disamping itu, semangat belajar dan menuntut ilmu pun dicontohkannya kepada saya serta kader-kader lainnya.

Dari segi kepemimpinan beliau adalah sosok pemimpin yang tegas, penyayang, rendah hati, semangat dan pekerja keras. Beliau tidak hanya sekedar berbicara tetapi melakukannya dan memberikan contoh.

Di tahun 2008, tepatnya 5 Mei 2008, ketika itu saya dipercaya untuk membawa rombongan jamaah umroh (Pemkab Kaloka,Sulawesi Tenggara) ke tanah suci dan saat itu bertepatan dengan kunjungan Bapak Ary ke beberapa negara di Timur Tengah. Disela perjalanan tersebut, beliau menyempatkan untuk melaksanakan ibadah umroh bersama beberapa alumni ESQ. Dini hari, selesai sholat shubuh di Masjidil Haram, tanpa sengaja saya bertemu Pak Ary dan bebarapa orang alumni ESQ sedang duduk persis  di depan pintu multazam. Saya pun ikut bergabung dan mendengarkan tauziah beliau yang ditutup dengan doa.

Saya dan beberapa orang alumni saat itu menangis terharu mendengar doa Pak Ary tentang janjinya kepada Allah SWT serta Rasulullah SAW. Janji itu adalah untuk mengajak orang kembali kepada Allah SWT, mencintai Rasulullah SAW dan menyebarkan nilai-nilai rukun Islam, rukun Iman dan Ihsan.

Banyak sekali hal-hal yang ingin saya sampaikan kepada saudara-saudara saya, agar bisa lebih berfikir arif dan bijaksana dengan hati yang bersih tanpa kepentingan apapun. Saya sebagai kader beliau, sangat sedih dan menyayangkan orang-orang yang belum mengenal Pak Ary lebih dekat tetapi kemudian menghakimi dan menghujatnya bahkan  melontarkan fitnah tanpa tabayyun lebih jauh. Lebih menyedihkan lagi, ada diantara orang-orang yang mencoba meracuni pikiran saudaranya dengan pernyataan-pernyataan melalui media, yang sadar atau tidak, diperkeruh oleh media itu sendiri.. Astagfirullahalladzim … semoga  Allah mengampuni kekhilafan hamba-hamba-Nya yang merasa benar padahal belum tentu di hadapan Allah SWT.  Saya baru bisa merasakan sekaligus faham tentang  firman Allah SWT (…dan fitnah itu lebih besar bahanya dari pembunuhan…. QS.Al Baqara:191). Saya mohon ampun kepada Allah dan mohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan, karena hanya Allah yang Maha Sempurna.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.


Muhlis Samsuddin
posted by Gina Al ilmi Santoso @ 11:20 PM   0 comments
NASIHAT ALUMNUS ESQ UNTUK SEGELINTIR ULAMA YANG MENYESATKAN ESQ
Sungguh tak habis pikir apa yang ada di kepala segelintir ulama yang
mengatakan ESQ sesat. Begitu mudahnya mereka memberikan hujjah. Begitu
gampangnya mereka memberikan fatwa. Begitu serampangannya mereka memvonis.
Dan begitu dangkalnya alasan-alasan yang mereka sampaikan. Mereka tak pernah berpikir apa dampak yang akan terjadi dan kelak mereka akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang mereka ucapkan.

Ketika menyatakan ESQ sesat, tak pernahkah terpikir dibenak mereka jika umat akan menyamakan ESQ dengan Ahmadiyah, komunitasnya Lia Aminudin dan jamaahnya Mushadeq yang mengaku sebagai nabi baru. Ya, itulah persepsi yang pertama kali terbangun saat umat mendengar bahwa ESQ sesat. Sebuah persepsi yang tak bisa dihindarkan akibat dari kecerobohan segelintir ulama yang dengan mudahnya mengatakan ESQ sesat.

Teramat banyak keanehan dibalik fatwa sesat ESQ. Majelis Ulama Indonesia
(MUI), sebagai lembaga yang memiliki otoritas mengeluarkan fatwa, memberikan 10 kriteria aliran sesat, yakni:

Tak ada satupun dari semua kriteria itu yang pas untuk ESQ.  ESQ bukan
Ahmadiyah; ESQ bukan Lia Aminudin, dan ESQ bukan pula Mushadeq yang
jelas-jelas mengajarkan kesesatan.

1)      Apakah ESQ mengajarkan kita untuk menyembah selain Allah? Sepanjang
saya mengikuti training ESQ dan membaca bukunya, tak ada satu pun materi dan
kalimat dari Ary Ginanjar yang mengajak kita untuk menyekutukan Allah.
Justru sebaliknya, ia meminta kita untuk percaya kepada Allah. Itulah materi
Star Principle.  Kita harus bekerja karena Allah dan ingatlah selalu Allah:
dimana dan kapanpun.

2)      Apakah ESQ memiliki kitab suci seperti Ahmadiyah dengan tazkirahnya?
Tak ada. Yang ada justru ESQ meminta kita untuk hidup berlandaskan Al-Qur’an Sunnah. Lihat saja, betapa banyaknya ayat-ayat al-Qur’an dan hadits yang dijadikan rujukan Ary Ginanjar, sebagai pondasi dan ruh ESQ Model yang fenomenal itu. Simak saja materi Learning Principle. Kita diminta untuk
meyakini Al-Qur’an karena merupakan pedoman bagi kehidupan manusia.

3)      Apakah Ary Ginanjar mengaku sebagai nabi baru seperti Ahmad
Mushadeq? Tak pernah. Justru ia meminta kita untuk meneladani Nabi Muhammad saw seperti yang terdapat dalam materi Leadership Principle. Jika anda telah mengikuti training ESQ, pasti akan menangis mendengar pemaparan dan melihat tayangan perjuangan Rasulullah saw saat materi Leadership Principle.

4)       Apakah ESQ mengajarkan kita untuk tidak mempercayai Hari Kiamat?
Tidak sama sekali. Ary Ginanjar malah mengajak kita untuk meyakini Hari
Akhir seperti yang termaktub dalam materi Vision Principle.

5)      Apakah ESQ menyuruh kita untuk tak meyakini Qadha dan Qadar? Tak
sedikitpun. Dalam materi Well Organized Principle, Ary Ginanjar meminta kita mempercayai ketentuan dan ketetapan Allah dengan bahasa yang mudah dicerna.

6)      Apakah ESQ mengajak kita untuk tidak melaksanakan 5 rukun Islam:
Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat, Haji? Tidak!!! Justru Ary Ginanjar melalui
ilmu ESQ 165 nya mengajak kita untuk beribadah dengan benar. Dan betapa
banyak peserta yang tadinya tidak sholat, berkat izin Allah, mereka menjadi
rajin sholat. Betapa banyak yang tidak berpuasa, berkat izin Allah melalui
ESQ, mereka menjadi berpuasa. Tak cuma shlat dan puasa secara ritual, namun
memaknai setiap gerakan dan tujuannya. Kunjungi saja situs
www.esqmagazine.com. Disana, kita akan menemukan banyak kisah nyata seputar ini.

7)      Apakah Ary Ginanjar membuat tafsir baru Al-Qur’an? Sama sekali
tidak. Ia mempunyai guru, almarhum Habib Adnan, seorang hafidz yang tawadhu, mantan ketua MUI Bali. Kalaupun ada penafsiran yang selama ini dikritisi oleh segelintir ulama, itu tak banyak. Dan Ary Ginanjar sendiri sudah mengklarifikasi hal tersebut. Jangan samakan Ary Ginanjar dengan JIL, yang
menafsirkan al-Qur’an seenaknya dewe. Antara Ary Ginanjar dan JIL bagaikan langit dan bumi. Seperti minyak dan air.

Jelas sudah, ESQ SAMA SEKALI TIDAK SESAT!!! “Militannya” segelintir ulama
yang menyesatkan ESQ, sama sekali tak beralasan. MUI saja tak menyatakan
sesat, tapi kok ini, beberapa ulama dengan beraninya mengatakan ESQ sesat.
Ketua MUI H Amidhan sendiri berujar,” Tidak ada persoalan dengan ESQ.”

Kalaupun ada salah satu anggotanya, yakni H Amin Djamaluddin yang menyebut ESQ sesat, MUI telah meminta keterangan langsung darinya.

“Kami sudah meminta keterangan dari H Amin Djamaluddin dan akhirnya
diketahui bahwa Amin hanya meminta halaman tentang Asmaul Husna dalam buku ESQ, dikoreksi,” kata Amidhan.  Karena itu, ia melanjutkan,” Tak ada
persoalan dengan ESQ karena hanya sedikit kalimat yang dikoreksi. Yang lain
tak ada persoalan.” (antaranews)

Tak cuma MUI, dua ormas keagamaan terbesar di negeri ini: NU dan
Muhammadiyah juga mendukung ESQ. “Tak ada yang menyimpang dari ESQ,” kata Ketua Umum PBNU Said Agil Siradj.  Ia melanjutkan,” Kita harus bangga bahwa ada seorang anak bangsa seperti Pak Ary yang kreatif menggunakan metode ajarannya sehingga dapat diterima luas di seluruh dunia.” (warta kota)

Apa kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin? “Tuduhan yang dialamatkan kepada ESQ sangat disayangkan,” ujarnya. Fatwa sesat ESQ, kata dia,”Salah persepsi dan salah pengertian.”

Sayangnya, segala bentuk dukungan, segala macam klarifikasi dan segala upay ESQ untuk menjelaskan duduk persoalannya, sama sekali tak membuat segelintir ulama yang menyesatkan ESQ itu, menarik fatwanya. Sebaliknya, mereka kian semangat untuk terus mengkampanyekan kesesatan ESQ.  Mereka mengadakan acara di berbagai tempat agar masyarakat terpengaruh oleh mereka.

Jika sudah begini, menjadi mudah bagi kita untuk menilai: mana ulama yang
memang berjuang untuk kemaslahatan umat dan mana yang berjuang hanya untuk ego individu dan kelompoknya. Mana ulama yang berbicara dengan pertimbangan matang dan mana ulama yang asal bicara, hanya berdasarkan persepsi dan asumsi. Anda pasti sudah tahu jawabannya! Wallahua’lam bishshowab.

(Akbar Maulana)
posted by Gina Al ilmi Santoso @ 11:19 PM   0 comments
PENGGENGGAM KEBENARAN
Oleh : Ida S. Widayanti

Suatu hari dalam kemacetan lalulintas seorang teman menceritakan pengalaman seorang penyelam saat menyusuri alam bawah laut yang sangat menakjubkan dan penuh misteri. Hal yang menurutnya sangat mencengangkan adalah fakta bahwa pulau-pulau kecil dengan luas puluhan atau ratusan meter persegi, penopang di bawahnya rata-rata hanya sebesar drum.

Cerita itu membuat saya merenung dan menyadari betapa banyak hal yang tak terjamah dan tak tersentuh oleh kehidupan kita. Jangankan di bawah laut, bahkan dipermukaan bumi pun betapa terbatasnya apa yang kita ketahui. Apalagi yang di luar angkasa….amat sedikit orang yang pernah menjelajahinya.

Saya jadi teringat kata-kata kakak saya, dalam satu kesempatan ia mempertanyakan selama tinggal di Jakarta, berapa tempat yang sudah dikunjungi? Berapa banyak jalanan yang sudah ditapaki? Ok, mungkin Jakarta terlalu luas, kita persempit lagi. Misalnya di sebagian Jakarta saja, berapa banyak jalan yang sudah dilalui? Atau di lingkungan rumah, berapa banyak gang yang sudah dilalui? Kebanyakan dari kita paling hanya melalui jalan yang merupakan jalur perjalanan rumah dan kantor. Betapa kecilnya area yang kita lalui.

Saya tiba-tiba makin merasa kecil dan tak tahu apa-apa di bumi ini. Kita semua yang tinggal dunia, berapa banyak pengetahuan tentang dunia yang kita miliki? Tentu amatlah sedikit. Pantaskah kita sebagai makhluk kecil dan hina ini mengklaim sebagai pemegang kebenaran???

Kenyataan ini mengingatkan saya pada fenomena saat ini ketika banyak orang tiba-tiba latah mengatakan ESQ dan Ary Ginanjar sesat dan menyimpang. Banyak tulisan yang saya temui bertaburkan analisis dan dugaan yang, mohon maaf, jauh dari kenyataannya. Mereka tidak membaca buku secara utuh atau ikut trainingnya secara penuh, namun berteriak lantang tentang ini dan itu yang dianggapnya sesat.

Mereka seolah telah mempelajari semua ilmu, telah membaca semua buku, dan telah belajar pada semua alim ulama, telah mendalami kehidupan penulisnya dan paham latar belakang mengapa buku itu lahir. Saya juga yakin, yang menulis macam-macam dan menuduh hal-hal yang tak pantas tentang ESQ, hanya membaca bukunya sepintas lalu, bahkan mungkin itupun merujuk buku lama yang sudah banyak direvisi.

Bahkan seorang yang mengaku ustadz dalam semua seminar menuduh Ary Ginanjar membawa ajaran dan agama baru baru karena membaca tulisan di halaman persembahan yang berisi:

“Saya persembahkan secara khusus yang amat saya cintai dan kasihi anak-anakku….Semoga tulisan ini bisa menjadi buku pegangan hidupmu, sehingga pemikiran ini bisa terwariskan padamu. Saya yakin, inilah warisan yang paling berharga buatmu, hati, pemikiran, dan langkah yaitu sebuah pemikiran dan langkah berdasarkan Rukun Iman dan Rukun Islam, dan Ihsan.”

Menurut  orang tersebut, jelas bahwa Ary Ginanjar membawa ajaran dan agama baru yang bernama ESQ 165, dan pada anak-anaknya ia tidak mewariskan Quran dan Hadis, melainkan ajaran ESQ 165. Saya sungguh kaget mendengar logika Ustadz tersebut! Bukankah sangat jelas tertulis sebagai “sebuah pemikiran dan langkah berdasarkan Rukun Iman dan Rukun Islam, dan Ihsan” tidak ada yang salah dan tidak ada tersirat makna apapun bahwa Ary Ginanjar membawa ajaran baru seperti yang dituduhkan, karena yang disampaikan tak lain adalah Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan.

ESQ 165 hanya sebuah judul buku dan nama training yang ingin mengembalikan Rukun Islam, Rukun Iman, dan Ihsan ke dalam setiap jengkal kehidupan manusia dalam bidang SDM, manajemen, dan pembangunan karakter. Selama ini Al Quran hanya dihapal tapi jauh dari kehidupan pebisnis, perkantoran, industry, dan perusahaan-perusahaan. Lalu apakah ini layak dipandang sesat? Sedangkan banyak orang Islam mengikuti training SDM semacam Seven Habits yang jelas-jelas bersumberkan pada ajaran Kristen Mormon tidak dianggap sesat.

Membaca buku hanya setengah atau bahkan sepenggal, sangat berpeluang menimbulkan salah persepsi. Jangankan membaca buku -ciptaan manusia yang sangat memungkinkan mengandung kesalahan- membaca Al Quran pun yang sudah jelas dijamin kesucian dan kebenarannya pun, jika hanya sepotong-sepotong bisa berpeluang menyimpang. Bacalah Surat Al Maun hanya ayat 4, “Maka Celakalah orang yang shalat.” Tentu akan menimbulkan kesalahan.

Saya kira semua orang punya keterbatasan, tak ada yang menulis buku sedemikian sempurna sampai tak ada cacat sedikitpun di dalamnya. Tak perlu menghujat yang membingungkan umat, beri masukan saja dan kritik membangun, dan yang paling penting janganlah merasa paling benar. KEBENARAN yang mutlak hanyalah milikNya. Manusia hanya mendekati kebenaran. Betapa sombongnya orang yang merasa dirinya paling benar, dan menuduh orang lain 100% salah.

Allah menggambarkan betapa kecil kita di hadapan ilmu Allah:

“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”
(QS. Al Kahfi 18:109)

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habis-nya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana”
(QS.Luqman 31:27)

Masih pantaskah diri kita mengklaim sebagai pemegang kebenaran, dan menyalahkan yang lain?
posted by Gina Al ilmi Santoso @ 11:16 PM   0 comments
<
about me
My Photo
Name:
Location: Bogor, Jawa Barat, Indonesia

simplifying analytics, lesser worries

Udah Lewat
Archives
Links
My Other Blog
Template By
Free Blogger Templates
© negeri hijau biru