Saturday, November 06, 2004
indonesia untuk dunia
setiap bangsa memiliki peran di dunia
seperti setiap orang memiliki peran di manapun ia berada

indonesia,
untuk dunia

menanti kiprah sang pemimpin baru bangsa kami
sebagai bagian dari sekian pemimpin di dunia..

semoga selalu dalam petunjuk, berkah, dan lindungan 4JJ1..
Amiin ya Rabbal 'alamiin
posted by Gina Al ilmi Santoso @ 1:47 AM   0 comments
Monday, November 01, 2004
bangsa yang beriman dan bertakwa (mungkinkah? amiiiin Ya 4JJ1)
Membangun bangsa yang takut pada Allah

Bangsa yang merindukan Rahmat dan Berkah Ampunan
Pada Ramadhan ini bangsa kita mengangkat para pemimpin barunya. Sungguh seperti layaknya pertempuran Badar yang terjadi pada Bulan Ramadhan, tantangan yang dihadapi pasukan baru pemerintahan Negeri Indonesia bersatu ini sungguhlah berat diluar dugaan. Dan seperti yang terjadi di perang Hunain, rakyat pun khawatir akan munculnya golongan yang menikam dari belakang dan menghancurkan impian persatuan yang tengah coba dibangun untuk meretas perubahan menuju negeri yang lebih baik ini.

Sungguh bangsa ini membutuhkan rahmat, berkah dan ampunannya.
Para pemimpin baru negeri kita memiliki nilai ketakwaan yang tinggi, dengan praktek ibadah yang dengan nyata diwujudkan dalam kehidupan keseharian dengan menghidupkan keteladanan,
melantunkan dzikir dalam ceramah dan pidato yang singkat dan hati-hati,
dengan merangkai kejujuran demi kejujuran dalam tiap janji dan perkataan.
Ruku dan Bersujud dalam lingkaran pemecahan masalah bangsa, mengumpulkan setiap masukan dan pendapat dan mempertimbangkan setiap solusi dengan sangat hati-hati.
Solusi yang harus mendatangkan kebaikan bagi negeri seluruhnya. Melantunkan rangkaian doa dengan menyimak dengan hati-hati setiap keluhan rakyat,
dan menenangkan hati mereka yang tengah dirundung masalah yang menghimpit,
dan memberi penjelasan bagi keresahan atas langkah-langkah yang tengah diambil para pemimpinnya.


Kita diajarkan untuk tidak berprasangka buruk, tapi kita juga diserukan untuk tidak berlebihan dalam berprasangka baik, karena hal itu justru akan menjerumuskan. Karena itu, pemerintah pun bisa dengan bijak memberi kesempatan pada rakyat untuk mengemukakan pendapatnya.

Kita pernah mendengar tentang lobi-lobi politik yang selalu terjadi dalam perumusan dan pengesahan kebijakan dan undang-undang, maka kita mencita-citakan pemerintahan baru yang bisa bebas dari kepentingan golongan itu. Pemerintahan yang bersih dan bertakwa.

Kita bisa melantunkan ribuan doa, namun tak jua bisa doa itu terwujud bila tidak kita berusaha. Dan usaha yang dilakukan oleh setiap orang berbeda-beda. Dalam doa untuk negeri yang tengah membangun ketakwaannya ini, kita bisa mulai membangun setiap diri kita, mencoba untuk menjadi yang terbaik yang kita bisa, dalam bertindak, berusaha, dan bekerjasama.

Dan untuk cita-cita mulia, tegaknya kalimat Allah diatas semua golongan itulah, kita harus sama-sama merangkaikan cita-cita, menguraikan benang perselisihan yang dimiliki oleh masing-masing golongan dan menjalinnya dalam usaha bersama untuk membangun negeri dengan warna-warninya yang indah. Rangkaian perbedaan yang dimiliki harus dicoba dirangkaikan menjadi suatu bangunan yang utuh, yang menyatukan dan memberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang bersama.

Kita bisa bicara tentang berbagai upaya, namun upaya itu tak mungkin jua bisa terwujud bila tanpa usaha dan kerjasama. Dan untuk tujuan besar itu, kita harus bisa memberi dan mencurahkan amanah potensi yang masing-masing dari kita miliki, dan merangkaikannya dalam satu kerja bersama membangun bangsa yang bertakwa; bangsa yang takut kepada 4JJ1..
posted by Gina Al ilmi Santoso @ 1:41 AM   0 comments
Merangkaikan Solusi Untuk Perbaikan
Tanggapan untuk Tragedi demokrasi yang tengah terjadi


Seorang tokoh yang baik berkata bahwa;
“kerusakan makin tersebar bukan karena jumlah penjahat bertambah, tapi karena orang-orang yang baik memilih untuk diam.”

Kita bisa saja memilih untuk diam, dan bersikap apati. Kita bisa saja memilih untuk menjadi bagian dari pihak penghancur, atau kita bisa bekerja keras berpikir dan bertindak sejauh yang kita bisa, untuk memberi keberartian pada setiap kehidupan yang kita miliki. Dan menjadi bagian dari masyarakat yang diharapkan rakyat, masyarakat yang bekerja demi dan untuk perbaikan. Biarkan waktu yang lewat menjadi pelajaran.
Karena itu, merangkaikan solusi untuk perbaikan adalah hal yang harus dilakukan semua orang untuk saat ini, dan meretas semua potensi yang masing-masing pihak miliki dengan sebaik-baiknya. Dan bukan menggunakan kedudukan demi keuntungan golongan, bukan mencoba memanipulasi sistem dengan berbagai cara agar kerusakan kembali marak, sekali lagi bukan!! Jangan lakukan kerusakan, sedikitpun!!
Akhirnya kita bisa melihat, bahwa pemimpin kita telah terbelah, antara yang pro perbaikan dan yang status quo memihak pada kepentingan golongan yang korup, nepotis, dan penuh kolusi. Dan ini sama sekali tidak terjadi di dunia fiksi, tapi tragedi demokrasi. Sungguh menyedihkan. Dan bila tidak dicegah, kerusakan terus terjadi secara sistemik, kerusakan terus terjadi secara menyeluruh dan mencekik memenjarakan setiap korbannya. Dan lihat, bagaimana semua dilakukan hanya dengan satu taktik: voting.
Sistem pemerintahan yang semakin transparan, pers yang semakin kritis, masyarakat yang semakin cerdas, harusnya membuat semua orang yang memegang kekuasaan dan memiliki kendali di bidang eksekutif dan yudikatif, makin menyadari, beratnya dan kritisnya tanggung jawab yang mereka emban di setiap level kedudukan amanah mereka berada.
Setiap pemegang kebijakan mengendalikan titik-titik kritis yang menentukan perbaikan, atau kehancuran bangsa kita. Kita kemudian tidak ambil peduli, dimana seorang pemimpin berada, baik itu pada level rukun tetangga, sampai tingkat kewilayahan, dan tingkat kenegaraan, semuanya memiliki peranan penting di masyarakat.
Untuk mencoba membuat arahan perbaikan itu baik dan terarah, maka ada beberapa prinsip yang bisa kita ambil sebelum memulai, atau sebelum melaksanakan lebih jauh tindakan yang akan dilakukan, yang berkaitan dengan amanah apapun.
1. melakukan evaluasi diri
Semua pemimpin yang ada dalam masyarakat itu, seharusnya melakukan evaluasi diri atau dalam bahasa arabnya biasa disebut –menghisab- diri mereka, sebelum penghitungan itu dilakukan oleh publik.
Cara melakukan evaluasi :
-mengetahui kelemahan diri sendiri
-mengetahui kelemahan kelompok
-mengetahui kelemahan sistem
-mengetahui potensi perbaikan yang harus dikedepankan
-berusaha untuk memperbaiki kesalahan
2. menghukum diri sendiri bila bersalah
Siapapun manusia, tidak akan pernah terlepas dari kesalahan, oleh karena itu, agar kesalahan tersebut tidak terulang, agar kesalahan tersebut tidak ditiru dan dijadikan pembenaran oleh masyarakat yang lebih luas untuk melakukan kesalahan yang sama, maka sebelum tiba putusan publik, sebelum jatuh vonis hukum, bahkan jauh sebelum suatu kesalahan diketahui siapapun, seorang pemimpin haruslah bersikap ksatria untuk menghukum dirinya sendiri saat menyadari kesalahannya tersebut. Sekecil atau sebesar apapun kesalahan itu. dan bila kesalahan itu dilakukan secara kolektif, maka pertanggungjawaban haruslah dilakukan bersama-sama, tanpa saling menuding dan mencari kambing hitam.
3. menetapkan titik kritis dalam rencana, dan memberi bobot analisa yang lebih mendalam dan terperinci dalam titik kritis itu
Ini adalah suatu hal yang biasa dalam membuat rencana. Setiap amanah memerlukan perencanaan. Ada amanah yang memiliki bobot lebih mendalam, ada amanah yang memerlukan kerjasama dan batuan pihak lain, dan ada amanah yang tidak bisa kita kerjakan.
4. berani dan teliti mempersiapkan sumber daya untuk melakukan perubahan bila diperlukan
5. mendayagunakan kekuatan dan pengaruh yang dominan untuk dipergunakan sebesar-besarnya ke arah perbaikan.

...bersambung (Insya Allah)
posted by Gina Al ilmi Santoso @ 1:28 AM   0 comments
bersikap dan berbuat baik
Mengapa harus takut berbuat baik?

-“Don’t worry to be good people”.
That’s the reason that make us human.-

Banyak orang sekarang ini yang takut untuk berbuat baik. Hal ini tidak lain karena imaji sesat yang disebarkan oleh media yang dimotori Yahudi untuk merusak akhlak seluruh umat manusia. Tujuan penyesatan akhlak ini adalah agar manusia lebih cenderung pada perilaku buruk, dan mengkonsumsi produk-produk bejat hasil karya mereka, dan membuat mereka makin berkuasa di hati dan di bumi.

Amat mengherankan betapa sebagian manusia mengembangkan keberpihakan pada setan, dengan memaklumi berbagai perbuatan satanik sebagai sesuatu yang manusiawi, wajar dan (a’udzubillahi) dinilai mendatangkan kebaikan.

Pembicaraan ini bermula dalam satu diskusi dengan seorang panutan yang telah menjadi seperti ibu ke-sekian bagiku. Dikatakannya bahwa banyak orang sebenarnya memiliki niatan untuk berbuat baik, hanya saja, tidak melakukannya karena takut dipandang sok suci atau sok baik.

Sungguh mengherankan. Masyarakat kita tidak memiliki keberpihakan pada atribusi positif dan lebih memilih untuk menebarkan dan menyebarkan atribusi negatif dan mengagungkannya. Bahkan mereka-mereka yang melakukan perbuatan baik, atau berusaha menjadi teladan kemudian dihakimi dan dihukum beramai-ramai dengan berbagai cara yang sungguh keji, dan dipermalukan, seperti yang coba dilakukan sejumlah media pada beberapa tokoh muslim yang menjadi panutan di negeri ini.

Keberpihakan pada kebaikan seharusnya menjadi sesuatu yang memasyarakat, dan bukannya terpinggirkan. Dan menghasilkan masyarakat yang amat jarang memiliki orang-orang baik. Bahkan dikatakan, jahat saja sudah susah apalagi baik. Amat mengherankan. Padahal tidak ada suatu kebaikan bisa dilahirkan dari cara-cara yang tidak baik. Dan itu akan merusak keseluruhan proses. Bahkan, suatu perbuatan itu kemudian menjadi tidak bernilai sama sekali.

Mengapa tidak mencoba untuk menjadi baik? Dan tak perlu orang-orang yang mencoba untuk menjadi baik itu diagungkan, dikultuskan, disanjung-sanjung, karena mereka tidak memerlukannya. Kebahagiaan bagi orang yang baik adalah bila orang lain mengikuti perbuatan yang mereka lakukan, bukan memujinya. Setiap orang memiliki kemampuan dan kesempatan untuk berbuat baik, hanya saja, banyak yang terlalu takut untuk memulai.

Kemudian, kebaikan dinilai dengan sinis. Masyarakat yang sangat suka mencela. Sungguh masyarakat pencela bukanlah suatu masyarakat yang baik. Tidak ada kebaikan yang bisa dihadirkan lewat sebuah atau serangkaian celaan. Tidak ada sedikitpun. Kebaikan dilahirkan dengan dorongan, motivasi, iklim yang kondusif, dan lingkungan yang memberi peluang dan kesempatan bagi berkembangnya kebaikan dan bukan malah menghukumnya.

Dan bila terjadi suatu kesalahan, janganlah terburu-buru menuding dan mencari kambing hitam, tapi marilah bekerjasama untuk memperbaikinya. Agar tidak seperti sekarang, semua orang sepertinya berlomba-lomba untuk menjadi jahat dan bangga atas kejahatan yang dilakukannya itu. Atau berlomba-lomba untuk menjelek-jelekkan orang lain. Kedatangan Ramadhan ini, semoga menjadi penyembuh bagi kita semua, terutama pada diri saya yang dhoif dan dzalim ini. Mohon maaf atas segala kesalahan.

“Dan sesungguhnya setiap manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun ia mengemukakan alasan-alasannya”
(Al Qiyamah: 14-15)
posted by Gina Al ilmi Santoso @ 1:22 AM   0 comments
<
about me
My Photo
Name:
Location: Bogor, Jawa Barat, Indonesia

simplifying analytics, lesser worries

Udah Lewat
Archives
Links
My Other Blog
Template By
Free Blogger Templates
© negeri hijau biru